TANAHAIRNEWS.COM//JAKARTA – Bekerja sama dengan Arab Saudi dan sejumlah negara lain, Indonesia mulai mengevakuasi warganya dari Sudan. Untuk kelancaran evakuasi, pemerintah mengimbau Warga Indonesia di Sudan segera menghubungi atau mendatangi Kedutaan Besar RI di Khartoum.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengimbau, WNI yang belum berada di Wisma Duta Indonesia atau Kedutaan Besar RI di Khartoum untuk segera berkoordinasi dengan KBRI Khartoum. “Saya imbau agar setiap WNI yang masih berada di Sudan dan belum melaporkan diri, mohon agar segera melaporkan keberadaannya ke KBRI Khartoum agar dapat dilakukan evakuasi pada tahap kedua,” ujarnya, Senin (24/4/2023) dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Evakuasi gelombang pertama dimulai pada Minggu (23/4). Pada Senin, 538 WNI telah tiba di Pelabuhan Sudan. “Saat ini, 538 WNI tersebut sedang beristirahat di rumah persinggahan di Port Sudan sebelum keberangkatan menuju Jeddah melalui jalur laut,” ujarnya.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono melepas keberangkatan tim evakuasi dalam upacara di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Senin. Satu pesawat Boeing 737-400 membawa 39 personel, terdiri atas 16 kru pesawat, gabungan tim dari Komando Pasukan Gerak Cepat, tim medis TNI, personel BAIS TNI, psikolog TNI, dan staf Kementerian Luar Negeri). Penerbangan akan menuju Jeddah dalam waktu 12 jam 30 menit. “Tugas penjemputan WNI ke Sudan adalah tugas mulia dan kehormatan yang harus dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab,” kata Panglima TNI.
Retno mengutus Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Judha Nugraha ke Jeddah untuk membantu proses evakuasi. Judha membenarkan, proses itu dilakukan lewat kerja sama dengan beragam pihak. Koordinasi dengan misi diplomatik berbagai negara sahabat Indonesia adalah bagian dari kerja sama untuk mengevakuasi warga Indonesia dari Sudan. Karena harus melewati Jeddah, koordinasi dengan Arab Saudi salah satu yang paling intensif dilakukan.
Indonesia harus kembali mengevakuasi warga dari zona perang hanya dalam tempo 14 bulan setelah evakuasi dari Ukraina. Seperti pada 2003, evakuasi dari Sudan pada 2023 juga karena alasan perang saudara.
Sejak Sabtu (15/4), Sudan diguncang perang saudara antara militer (SAF) dan kelompok milisi Pasukan Pendukung Cepat (RSF). SAF pimpinan Jenderal Abdel Fattah Al Burhan dan RSF pimpinan Jenderal Hamdan Dagalo sudah bertahun-tahun bersaing memperebutkan kekuasaan di Sudan. Ibu kota Sudan, Khartoum, menjadi pusat pertempuran dalam perang kali ini.
Keterbatasan
Untuk evakuasi ini, sebanyak 827 dari 1.209 WNI yang tercatat di KBRI Khartoum sudah pasti akan dievakuasi dalam dua gelombang. Sementara 382 WNI lain belum diketahui kapan bisa dievakuasi.
Untuk gelombang pertama, KBRI Khartoum menggunakan sembilan mobil guna mengangkut ratusan WNI itu. Butuh 15 jam perjalanan dari Khartoum menuju Pelabuhan Sudan. Mereka harus melewati setidaknya 15 pos pemeriksaan.
Evakuasi tidak bisa dilakukan sekaligus antara lain karena keterbatasan bahan bakar untuk kendaraan pengangkut. Retno menyebut, evakuasi gelombang kedua akan dilakukan secepatnya.
Meski bertahap, Indonesia selalu mengevakuasi hampir seluruh warganya dari zona perang. Evakuasi tidak dilakukan hanya kepada warga yang menolak meninggalkan daerah perang karena berbagai alasan. Hal itu pernah terjadi di Ukraina, Suriah, hingga Libya.(***)